Senin, 04 September 2017

Self Driving, Menjadi Driver atau Passenger

Sosok Rheinald Kasali tidak asing bagi saya secara pribadi, mungkin juga bagi sebagian orang. Nama tersebut begitu tersohor dan sangat familiar di telinga anak negeri terutama bagi mereka yang menempuh studi dalam bidang ekonomi. Beliau adalah Guru Besar FE UI, sekaligus praktisi manajemen dan belakangan dikenal sebagai penulis. Meskipun saya bukan mahasiswa FE UI, saya tidak ingin ketinggalan dalam “mencuri” ilmu dari sosok yang memilih berbeda, alias enggan nyaman yang mengabdikan sebagian hidupnya untuk memimpin transformasi mindset.


Pada kesempatan yang baik ini, saya ingin berbagi hasil curian saya kepada kalian yang bersempatan menikmati hasil rampasan yang halal. Hasil mencuri ilmu dari buku “Self Driving, Menjadi Driver atau Passenger” dari Rhenald Kasali. Buku yang berisi kajian seorang pendidik yang pernah empat kali terlihat dalam panitia seleksi calon pimpinan KPK, CEO, dan Pimpinan dalam jabatan publik.

Buku karya beliau ini sangat cocok untuk setiap orang yang ingin keluar dari perangkap “Passenger” karena sebenarnya menjadi seorang Driver atau Khalifah adalah kodrat setiap manusia, dan merupakan mendataris kehidupan. Sewaktu manusia dilahirkan, Tuhan memberikan amanah untuk menjadi Pemimpin di muka bumi. Setelah amanah kita terima, kita dibebaskan untuk menjelajah dengan penuh tantangan atau justru memilih diam saja sebagai penumpang.
Buku ini mencoba memberikan penyadaran bahwa mandat kehidupan yang diberikan Tuhan ada pertanggung jawabannya. Ada manusia yang menggunakan mandat untuk terus tumbuh dan berkarya, tapi tidak sedikit yang menyimpan mandat sebagai dokumen pribadi. Meskipun setiap manusia memiliki mandat, eksistensi nya berbeda dan sudah tentu hidupnya berbeda.

Buku ini juga mengingatkan kembali bahwa manusia diberikan akal untuk “berfikir” karena kehidupan selalu dihadapkan dengan ketidakpastian akibat perubahan-perubahan. Buku ini juga membuat kita memahami bahwa tidak semua orang yang memilih diam atau penumpang adalah penumpang yang baik. Seringkali kita mendapati orang-orang di kantor atau dilingkungan kita berbuat tidak adil, berperingai kasar dan bermental penjilat. Kita sering menjadi kesal karenanya, padahal tidak seharusnya kita ikut kesal tetapi harus mencoba mengobati luka batin mereka. Ternyata mereka menyakiti orang lain, karena sakit hati yang dia alami, entah kekecewaan terhadap orang tua, pasangan, bahkan sahabat yang dipercaya.


Banyak hal yang ingin saya bagi, namun sepertinya terlalu singkat jika semua ditulis disini, akan lebih baik kalau diskusi sambil ngopi.

Jakarta, 04 September 2017
Gedung Nusantara I, Kompok DPR/MPR RI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar