Kamis, 26 Mei 2016

Jadi lulusan terbaik ? Jamin pasti sukses ?

Jumat, 27 Mei 2016. Tepat satu tahun menyandang gelar Sarjana Ekonomi, Alhamdullilah... Satu amanah orang tua sudah berhasil dituntaskan... Saya memutuskan untuk kembali menuliskan sebuah tulisan tentang kisah lulusan terbaik... Semoga bisa menjadi pembelajaran, serta motivasi bagi adik-adik yang belum lulus maupun terlanjur lulus :)
Rabu, 27 Mei 2015, Dibacakan dihadapan hampir 2000 pasang mata menjadi salah satu lulusan terbaik, siapa tak bangga orang tua mendengar, nama putri sulungnya disebut lengkap dengan nama orang tua, jumlah Indek Prestasi serta Prestasi yang pernah diperoleh... Siapa yang tidak bangga, dan terharu dengan moment seperti itu... Saya senang, bahagia, melihat orang tua begitu bangga ... Ucapan selamat pun mengalir deras, dari ucapan langsung hingga ucapan keramaian diberbagai media sosial... Tapi 27 Mei 2015 begitu cepatnya berakhir, esok harinya meskipun euforia masih terasa, tetap saja "Aku bukan mahasiswa, aku harus mulai memikirkan apa kegiatan selanjutnya".
Sehari dua hari boleh kita urus dahulu legalisir ijazah, jadi masih jelas kegiatan, selanjutnya "cari kerja". Pengalaman pribadi saya ketika sebulan setelah lulus belum memiliki pekerjaan tetap, padahal saya lulusan terbaik Universitas ternama di Lampung, menjadi sesuatu yang sempat membuat saya tertekan, tidak banyak yang tau alasan saya menghilang ketika ramadhan tahun 2015 kecuali beberapa sahabat dekat saya. Menjadi lulusan terbaik bukan berarti terjamin masa depan, justru menjadi lulusan terbaik menjadi beban moral, ditambah lagi jika kamu seorang aktivis, yang hampir semua orang kenal... Akan selalu jadi pertanyaan menyeramkan setelah pertanyaan "Kapan lulus?" yaitu "Sudah kerja dimana ?" . Setidaknya itu yang sempat saya alami, dan beberapa kawan dekat alami sebagai lulusan terbaik. Menjadi lulusan terbaik, tidak menjamin dapat beasiswa untuk lanjut study agar terlepas dari pertanyaan, "Sudah kerja dimana?" tidak ada jaminan sama sekali. Ketika kuncir toga berpindah posisi, lo udah dilepas, lo musti mikir, lo musti bisa lepas dari kebanggaan IPK, Jabatan organisasi atau apapun, lo udah di dunia nyata. IPK hanya jadi salah satu syarat administratif, ngenakin orang ESDM seleksi, supaya cepet. Pertanyaannya, jadi jangan lulus cepet-cepet ya ? supaya enggak jadi lulusan terbaik? atau IPK jangan tinggi-tinggi ? Gua jawab itu lebih salah, kenapa harus lulus, sekarang dunia kerja semakin sulit persaingannya, justru kalau lo gak lulus-lulus gimana lo mau bersaing. Kedua, jadi gausah jadi lulusan terbaik, ya kalau bisa kenapa enggak, kan lo kuliah jalanin amanah orang tua, akan lebih baik kalau bisa kasih nilai lebih buat orang tua. Ketiga, soal IPK, ya harus tinggi atau paling enggak diatas 3,00 buat syarat masuk BUMN kalau mau kerja. Jadi manfaatin waktu sebaik mungkin ketika jadi mahasiswa, soft skill gk melulu lewat organisasi, jadi wirausaha itu juga soft skill tiap orang punyak bakat masing-masing, jadi kuliah jangan cuma belajar dikelas, dan gedein IPK atau masukin semua organisasi buat banyakin CV... Pilih organisasi yang sesuai, bukan banyak-banyakin organisasi buat isi CV. Punya IPK bagus itu tanggung jawab moral ke orang tua, bukan buat cari kerja... kuliah itu buat belajar bukan buat cari kerja, jadi setelah lulus jadi wirausaha ? kenapa tidak ! setelah lulus itu kerja, itu harapan orang tua. silahkah memilih... Terima Kasih