Rabu, 06 September 2017

Jatuh 7 Kali, Bangkit 8 Kali

“Perhatikan musuh-musuhmu karena mereka yang menunjukan kebodohanmu”
Antisthenes

Hidup itu tentang ketidakpastian dalam berbagai pilihan-pilihan beresiko. Tidak jarang dalam menghadapi hidup, kita melalui berbagai kemalangan dan ketidakadilan. Pada setiap fase waktu yang dilalui dalam hidup, tidak sedikit manusia mengeluh. meratap hingga mengutuk keadaannya. Padahal, keberuntungan sebenarnya ada dimanapun, termasuk saat manusia berada pada fase titik terbawah dalam hidupnya.

Jatuh 7 Kali, Bangkit 8 Kali adalah sebuah buku yang ditulis oleh dua orang guru sekolah menengah yaitu G. Sutarto dan J. Sumardinata. Mereka mengisahkan pengalaman mereka saat melewati masa kecil penuh cemoohan teman sepermainan karena situasi ekonomi keluarganya. Menghadapi masa kecil kurang baik, bukannya marah tapi mereka justru mengasah ketrampilan untuk membalikan situasi mengerikan menjadi proses pembelajaran positif.


Kesulitan demi kesulitan yang dilewati kedua guru tersebut justru mengantarkan mereka kapada pertemuan-pertemuan baru. Pertemuan dengan orang-orang biasa yang mengajarkan kebaikan-kebaikan kecil yang jauh dari tepuk tangan apalagi cahaya camera. Buku tentang Guru pemberani yang menuai keuntungan dari ketidak adilan, yang berhasil mengatasi ketakutan menjadi harapan.

Kisah dalam buku ini menjadi oase terhadap gersangnya cinta, kasih sayang dan kebersamaa di kalangan masyarakat modern. Kehidupan modern telah mendorong manusia melupakan jati diri sebagai makhluk mulia. Nilai kebaikan, rasa syukur, terimakasih, kebersamaan dan hormat menghormati menjadi barang langkah yang dirindukan dalam kehidupan di era modern.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar