Rabu, 02 November 2011

tak seindah yang terlihat oleh mata


Dalam hidup kita banyak menemukan tantangan ujian cobaan kebahagiaan tawa canda kasih sayang, iya itulah hidup, kadang kita ada diatas, kadang pula kita ada di bawah. Dulu saat masuk SMA saya sangat kagum dengan seorang kakak, yang subhanallah prestasi ibadah maupun perilakunya sangat dipuja puji semua warga sekolah. Melihatnya saya jadi terobsesi untuk suatu saat nanti menjadi seperti dia, dikenal semua warga sekolah dan dipuji. Saya memulai semuanya dari nol, hanya bermodalkan keberanian saya mulai menanyakan bagaimana cara kakak itu mendapatkan semuanya, dia banyak menasehati saya, dan hal yang selalu saya ingat bahwa semua terjadi karena ridho dari allah swt. Awal meniti penuh duri dan onak saya lalui demi mencapai semua impian saya, tidak sedikit orang yang mecemooh bahkan perkataan tidak enak saya ketemukan tapi saya tetap keras dengan keinginan saya.
lomba menulis tingkat nasional

Enam bulan memulai perjuangan itu terasa sangat berat, karena perjuangan itu nilai akademik saya sempat kurang memuaskan, walaupun saat itu masih bisa dibilang cukuplah 10 besar, namun hal itu tidak sesuai harapan kedua orang tua saya. Bulan demi bulan saya lewati, bermula dari satu lomba antar sekolah hingga kota. Saya merakit puing demi puing prestasi yang kecil, saya selalu memupuk harapan saya yang besar, sempat iri melihat teman yang terlebih dahulu mendapat juara nasional, tapi saya terus dan terus berusaha, hingga saya mendapatkannya. Dengan pejuangan usaha, kegigihan, doa, dan dukungan serta dengan ridho allah swt saya yakin semua itu dapat terwujud.
diantara orang-orang yang banyak support dalam menulis
saat menerima penghargaan dari kepala perpusnas 2010 di hotel batavia jakarta

Akhirnya disalah satu kompetisi saya mengenal seorang kakak, yang hingga saat ini sudah saya anggap sebagai kakak sendiri, dia lah yang semakin memotivasi saya, semua medan dia taklukan dengan semua kemampuan tebaiknya. Saya masih terus berjuang, setiap kali kalah saya anggap kekalahan itu sebagai alasan saya untuk menang, semua kritik dewan juri sudah teman bagi perjalanan saya meraih mimpi. 1 tahun lebih berlalu, taring yang selama ini saya asah mulai tampak, juara provinsipun saya raih, 6 bulan kemudian saya dkk masuk lomba nasional, saya sangat senang, akhirnya saya bisa masuk walaupun baru diundang sebagai finalis. Kami masih harus berjuang, untuk memenangkan lomba ini. Berkat pertolongan allah swt kami memperoleh juara satu, piala setiap minggu terus berdatangan, hampir semua perlombaan kami memperoleh juara, impian untuk dikenal dan dipuji itu pun saya dapatkan, puncaknya ketika saya berhasil menjadi satu-satunya wakil provinsi lampung, kemudahan-kemudahan di sekolah semua saya dapatkan. Semua orang memuji, orang tua sangat bangga, namun keadaan dala hati saya tak seindah bayangan saya sebelumnya, saya pikir dikenal dan memiliki banyak prestasi itu mudah, menyenangkan tapi ternyata tidak, semua itu hanya awal. 

Ketika saya akan lulus dari bangku SMA, beban berat dipundak saya muncul, pikiran negatif selalu menghantui, jutaan harapan agar saya dapat diterima di perguruan tinggi terfavorit dinegeri ini, itu jujur beban buat saya. Hampir setiap malam saya dilanda ketakutan, saya takut jika tidak masuk negeri karena apa kata orang, buat apa punyak banyak prestasi jika peguruan tinggi negeri saja tidak bisa saya raih. Bahkan sempat saya terkejut ketika salah seorang kakak kelas saya menghampiri dan bilang “dek, kalo lo cuma mau unila, rendah amat mimpi” bahkan anak teman ibu saya pun sempat bicara seperti itu. Saat saya masuk SNMPTN undangan saya memilih universitas indonesia sebagai pilihan pertama, saya sangat ingin masuk ke sana, untuk membuktikan dan menjawab semua harapan. Namun, mujur tak dapat saya raih, malang tak dapat ditolak. Saya gagal memasuki universitas favorit itu, dan saya diterima di universitas lampung, tempat dimana sekarang saya menempuh pendidikan ekonomi murni saya saat ini. 


 
foto anak ep 2011 inilah tempat saya yang baru FE UNILA
Sebagian orang banyak yang berfikir mudah bagi saya untuk masuk perguruan tinggi, sebenarnya itu tidak, dan segala sesuatunya itu nasib yang menentukan. Segala yang terjadi ada sebab ada akibat, ada baik ada buruk. Meraih sesuatu itu mudah, tapi mempertahankannya sulit, apa lagi menjawab harapan orang-orang. Saat saya hanya diterima di unila, jujur saya senang, tapi terbesit kesedihan karena orang-orang yang memuji, mengagumi saat dulu menang, seolah melihat hasil pencapaian saya masuk unila itu adalah hal  yang sia-sia. Bahkan tatapan mereka, cara mereka bicara pada sayapun berbeda, seolah menghina, tapi sudahlah nasib saya disini saya berusaha menjalani dengan hati yang ikhlas. Nasib seseorang itu sudah ada yang mengatur, hal yang menurut saya baik belum tentu buat Allah baik untuk saya, pada dasarnya semua ketetapan Allah itu baik.Tapi inti dari semuanya, jangan pernah berfikir, enak loh jadi orang itu, nikmatilah hidupmu. Mengertilah hidup sebelum kau dipaksa oleh hidup mengertinya.
ep 2011 saat makrab

tenda makrab ep 2011


1 komentar: