Dalam hidup kita banyak
menemukan tantangan ujian cobaan kebahagiaan tawa canda kasih sayang, iya
itulah hidup, kadang kita ada diatas, kadang pula kita ada di bawah. Dulu saat
masuk SMA saya sangat kagum dengan seorang kakak, yang subhanallah prestasi ibadah
maupun perilakunya sangat dipuja puji semua warga sekolah. Melihatnya saya jadi
terobsesi untuk suatu saat nanti menjadi seperti dia, dikenal semua warga
sekolah dan dipuji. Saya memulai semuanya dari nol, hanya bermodalkan
keberanian saya mulai menanyakan bagaimana cara kakak itu mendapatkan semuanya,
dia banyak menasehati saya, dan hal yang selalu saya ingat bahwa semua terjadi
karena ridho dari allah swt. Awal meniti penuh duri dan onak saya lalui demi
mencapai semua impian saya, tidak sedikit orang yang mecemooh bahkan perkataan
tidak enak saya ketemukan tapi saya tetap keras dengan keinginan saya.
|
lomba menulis tingkat nasional
|
Enam bulan memulai
perjuangan itu terasa sangat berat, karena perjuangan itu nilai akademik saya
sempat kurang memuaskan, walaupun saat itu masih bisa dibilang cukuplah 10
besar, namun hal itu tidak sesuai harapan kedua orang tua saya. Bulan demi
bulan saya lewati, bermula dari satu lomba antar sekolah hingga kota. Saya
merakit puing demi puing prestasi yang kecil, saya selalu memupuk harapan saya
yang besar, sempat iri melihat teman yang terlebih dahulu mendapat juara
nasional, tapi saya terus dan terus berusaha, hingga saya mendapatkannya.
Dengan pejuangan usaha, kegigihan, doa, dan dukungan serta dengan ridho allah
swt saya yakin semua itu dapat terwujud.
|
diantara orang-orang yang banyak support dalam menulis |
|
saat menerima penghargaan dari kepala perpusnas 2010 di hotel batavia jakarta |
Akhirnya disalah satu
kompetisi saya mengenal seorang kakak, yang hingga saat ini sudah saya anggap
sebagai kakak sendiri, dia lah yang semakin memotivasi saya, semua medan dia
taklukan dengan semua kemampuan tebaiknya. Saya masih terus berjuang, setiap
kali kalah saya anggap kekalahan itu sebagai alasan saya untuk menang, semua
kritik dewan juri sudah teman bagi perjalanan saya meraih mimpi. 1 tahun lebih
berlalu, taring yang selama ini saya asah mulai tampak, juara provinsipun saya
raih, 6 bulan kemudian saya dkk masuk lomba nasional, saya sangat senang,
akhirnya saya bisa masuk walaupun baru diundang sebagai finalis. Kami masih
harus berjuang, untuk memenangkan lomba ini. Berkat pertolongan allah swt kami
memperoleh juara satu, piala setiap minggu terus berdatangan, hampir semua
perlombaan kami memperoleh juara, impian untuk dikenal dan dipuji itu pun saya
dapatkan, puncaknya ketika saya berhasil menjadi satu-satunya wakil provinsi
lampung, kemudahan-kemudahan di sekolah semua saya dapatkan. Semua orang
memuji, orang tua sangat bangga, namun keadaan dala hati saya tak seindah
bayangan saya sebelumnya, saya pikir dikenal dan memiliki banyak prestasi itu
mudah, menyenangkan tapi ternyata tidak, semua itu hanya awal.
Ketika saya akan
lulus dari bangku SMA, beban berat dipundak saya muncul, pikiran negatif selalu
menghantui, jutaan harapan agar saya dapat diterima di perguruan tinggi
terfavorit dinegeri ini, itu jujur beban buat saya. Hampir setiap malam saya
dilanda ketakutan, saya takut jika tidak masuk negeri karena apa kata orang,
buat apa punyak banyak prestasi jika peguruan tinggi negeri saja tidak bisa
saya raih. Bahkan sempat saya terkejut ketika salah seorang kakak kelas saya
menghampiri dan bilang “dek, kalo lo cuma mau unila, rendah amat mimpi” bahkan
anak teman ibu saya pun sempat bicara seperti itu. Saat saya masuk SNMPTN
undangan saya memilih universitas indonesia sebagai pilihan pertama, saya
sangat ingin masuk ke sana, untuk membuktikan dan menjawab semua harapan. Namun,
mujur tak dapat saya raih, malang tak dapat ditolak. Saya gagal memasuki
universitas favorit itu, dan saya diterima di universitas lampung, tempat
dimana sekarang saya menempuh pendidikan ekonomi murni saya saat ini.
| |
foto anak ep 2011 inilah tempat saya yang baru FE UNILA |
|
Sebagian orang
banyak yang berfikir mudah bagi saya untuk masuk perguruan tinggi, sebenarnya
itu tidak, dan segala sesuatunya itu nasib yang menentukan. Segala yang terjadi
ada sebab ada akibat, ada baik ada buruk. Meraih sesuatu itu mudah, tapi
mempertahankannya sulit, apa lagi menjawab harapan orang-orang. Saat saya hanya
diterima di unila, jujur saya senang, tapi terbesit kesedihan karena
orang-orang yang memuji, mengagumi saat dulu menang, seolah melihat hasil
pencapaian saya masuk unila itu adalah hal
yang sia-sia. Bahkan tatapan mereka, cara mereka bicara pada sayapun
berbeda, seolah menghina, tapi sudahlah nasib saya disini saya berusaha
menjalani dengan hati yang ikhlas. Nasib seseorang itu sudah ada yang mengatur,
hal yang menurut saya baik belum tentu buat Allah baik untuk saya, pada
dasarnya semua ketetapan Allah itu baik.Tapi inti dari semuanya, jangan pernah
berfikir, enak loh jadi orang itu, nikmatilah hidupmu. Mengertilah hidup
sebelum kau dipaksa oleh hidup mengertinya.
|
ep 2011 saat makrab |
|
tenda makrab ep 2011 |
wah. ada aku di foto sana.hihihih
BalasHapus