Minggu, 02 Oktober 2011

Ketentuan allah selalu benar


Saya setuju dengan teori motivasi maslow yang mengatakan bahwa manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan yng harus dipenuhi sebelum dia dapat mengaktualisasi dirinya, menjadi apa yang dia mau. Segala puji bagi Allah SWT yang menciptakan saya sebagai seorang muslim, lahir sebagai seorang muslim adalah anugrah, dan saya terlahir disebuah keluarga yang sangat mencintai saya. Saya selalu mesyukuri apa yang telah tuhan berikan, seorang adik kecil telah memberikan berjuta pelajaran dalam hidup saya.
19 april 2006 lahir dikeluarga saya seorang adik laki-laki yang lucu, dia bernama Apriliano. Dia dilahirkn tidak secara normal, melalui operasi sesar ia dilahirkan dari rahim seorang perempuan yang begitu mulia dan berjasa dihidup saya.
idul fitri 2010

4 bulan berlalu setelah hari bahagia kelahiran itu, apriliano divonis menderita sakit, sakit yang langkah, yaitu penyumbatan empedu, empedunya tidak berfungsi, padahal empedu merupakan organ vital bagi tubuh, karena fungsinya untuk menetralisir racun yang masuk kedalam tubuh manusia. Saat itu saya masih duduk dibangku SMP, saya tidak terlalu mengerti mengenai penyakit yang diderita adik saya.
Sejak adik saya divonis menderita penyakit tersebut, kondisi perekonomian keluarga sempat mengalami goncangan, sehingga saya yang terbiasa ingin apapun diberi, menjadi harus lebih hemat. Sebagai seorang remaja, saya sempat menyalahkan, mengapa adik saya sakit seperti ini, saya sempat bersu’uzon dengan ketetapan allah. Adik saya sempat dibawa ke rumah sakit cipto di jakarta, dan sempat mendapat perawatan selama satu bulan disana, dan ditangani oleh dokter dari Belanda.

Setelah sepulang dari Jakarta, kami sekeluarga menyangka bahwa adik akan sembuh, namun kenyataan yang kami dapati, bahwa adik saya kembali divonis dokter bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Sempat beberapa kali akan dilaksanakan operasi, namun jikalau operasi dilaksanakan, dokter tidak berani bertanggung jawab. 
teras depan rumah malam hari


Saat umur 2 tahun, adik saya dititipkan di bandarlampung, berhubung medis sudah tidak ada yang dapat menolong, keluarga saya sepakat untuk pengobatan alternatif. Kedekatan saya dan adik saya mulai ada, sejak dia dititipkan di bandar lampung. Setiap hari kami selalu menghabiskan waktu bersama, bahkan sekali-kali saya bolos sekolah, agar dapat mengantarkan adik untuk berobat, tali kasih antara kami semakin erat. Meskipun dia sakit, adik tumbuh seperti anak balita lainnya, dia senang bermain, meskipun terkadang dia merasa malu, dengan temen-temen sabayanya, karena dia lemah dan mudah lelah.


Suatu hari ketika saya sepulang sekolah, dia duduk diteras depan rumah, dia memeluk dan mencium saya karena saat selama 2 hari saya sibuk menjadi panitia orientasi gabungan (orgab) organisasi yang saya urus. Ya allah rasa penyesalan itu muncul, dulu saya sempat menyalahkan dia, yang menyebabkan saya tidak sebebas dulu meminta apa-apa dari orang tua saya. Sejak keinginan saya  sulit dipenuhi, saya mulai mencari cara mengembangkan bakat saya dibidang penulisan, dan alhamdullilah sejak saat itu, saya dapat merasakan hikmah yang begitu besar. Andaisaja, adik saya lahir normal, dan tidak ada penyakit, mungkin saya akan terus-terusan menjadi anak yang hanya bisa meminta apapun dari orang tua. Semakin hari semakin dekat, meskipun terkadang saya egois, saya terlalu sibuk dengan kegiatan sekolah dan organisasi, namun sambutan hangat setiap kepulangan saya dari aktivitas yang melelahkan itu membuat saya merasa bahwa beban aktivitas itu hilang melihat senyuman tulus dari adik saya tercinta.

Hari demi hari kami lewati, hingga ketika saat ia berulang tahun ke 4, dia meminta agar hari jadinya itu dirayakan. Saat itu orang tua saya sibuk karena harus tetap bekerja keras mencari uang untuk pengobatan adik saya, tidak sedikit memang uang yang dihabiskan. Sebagai seorang kakak yang sangat dekat, apalagi orang tua saya sibuk, saya berusaha untuk memenuhi keinginannya, namun saat itu saya tidak memiliki uang sepeserpun, sementara hari ulang tahunnya tinggal 2 hari lagi. Subhanallah segala puji bagi allah, saya mendapat kabar bahwa saya dan kawan-kawan, masuk sebagai finalis lomba tingkat nasional. Kemudian saya berjanji kepada adik saya, seandainya saya bisa memenangkan lomba itu, saya akan mengabulkan permintaannya. Sehari sebelum hari ulang tahunnya itu adalah penentuan siapa yang memenangkan perlombaan, adik saya terus menyanyakan, saya sempat takut, takut membuatnya kecewa, terlalu besar rasa sakit yang dia derita, dari sejak ia lahir hingga sekarang. Setiap hari jika ingin diberikan obat dia menangis, namun dia tetap minum karena dia bilang, dia sangat sayang sama ibu, dia ingin sembuh, dia ingin menjadi seorang dokter suatu saat nanti. Akhirnya, sore hari diumumkanlah, dan puji syukur kepada Allah yang sekali lagi telah memberikan kesempatan saya, untuk membahagiakan adik saya tercinta. Saya memperoleh juara I tingkat nasional, bersama dua orang sahabat saya, rio dan cindy. Begitu bahagianya saya, langsung sepulang pengumuman memesan semua yang dibutuhkan untuk perayaan ulang tahun adik saya.
saat ulang tahun ke 4

Hari itu 19 april 2010 hari ulang tahun ke 4 adik saya, kami merayakan bersama keluarga, meskipun ibu dana ayah saya tidak dapat hadir, tampak kebahagian adik saya dipesta itu. Saya sangat senang karena dia bisa tersenyum dan tertawa bahagia. Saya menghadiahinya sebuah mobilan yang telah lama dia inginkan.
Hari demi hari berlalu, banyak hal yang mungkin tidak saya ketahui tentang ketentuan yang telah tuhan tetapkan. 12 Desember 2010 adik sakit panas, memang dia hampir setiap bulan selalu sakit, namun kali ini, dia meminta agar diajak pulang ke way kanan, kangen dengan ayah katanya. Malam hari dia menelpon ibunda saya, tanggal 13 pagi ibu saya berangkat ke Bandarlampung. Pagi hari itu saya akan berangkat ke sekolah, untuk melaksanakan sebuah kegiatan, dia berbicara dengan bude saya yang selama ini merawatnya “wo (dia memanggil bude saya), kenapa sih sakit ian ini gak sembuh-sembuh, malah makin jadi”, lalu bude saya menasehatinya “ian gak boleh sayang ngomong gitu”, lalu dia bertanya “wo, ibu nanti mau kesini yaa? Nanti kalo ibu dateng, ian gak mau tidur, ian gak mau sakit, ian gak mau liat ibu nangis”. Hati kakak mana yang tidak menangis, mendengar anak yang umurnya belum 5 tahun, berbicara demikian dewasanya.
Saat ibunda saya tiba dibandarlampung, dia bangun dan memeluk erat ibu saya, lalu ia mebereskan semua mainan untuk dibawa pulang ke way kanan. Pagi hari tanggal 14, dia mengajak saya untuk ikut ke way kanan, namun saya tidak bisa ikut karena saya masih harus menyelesaikan urusan disekolah. Saat saya pemit untuk berangkat ke sekolah, dia marah pada saya, saya sempat melempar canda, namun dia tidak peduli, dan saya tetap berangkat sekolah.

Dua hari setelah kejadian itu, malam harinya saya bercerita pada sahabat dekat saya karima dan avi, bahwa saya sangat ingin pulang ke way kanan, tapi bagi rapot masih 2 hari lagi, mereka bilang setelah bagi rapot saja gita pulangnya. Sehabis shalat subuh, 17 desember 2011, saya melihat handphone saya, sudah berisi sebuah pesan singkat, saat saya baca “yuk, adek udah gak ada. Kiki” itu sms dari adik saya, saya tidak percaya dan membalas sms itu, kemudian ibunda saya menelpon, suaranya sudah beda, dan ternyata beanar, adik saya tecinta sudah tiada.

Ketika adik saya pergi menghadap sang pencipta, disini saya benar-benar terpuruk dan alhamdullilah, akhirnya saya tau mana yang benar-benar sahabat saya yang tetap dan sangat peduli dengan saya. Sahabat saya memang tidak ada yang hadir dipemakaman, tapi berjuta doa nasehat dari mereka, membuat saya kuat. Mereka berusaha menghibur, baik kakak kelas, sahabat satu angkatan bahkan adik kelas semua sangat peduli.
Ketentuan allah memang selalu benar, terima kasih ya allah, engkau kuat kan aku dengan mereka yang selalu menyayangi dan mengasihiku. Izin kan aku ya allah, membalas segala jasa budi baik keluarga dan sahabat hamba, jadikan semua ini tidak hanya didunia, tapi kami tetap sayang mengasihi hingga di surgamu amiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar