Sosok Rheinald Kasali tidak asing bagi saya
secara pribadi, mungkin juga bagi sebagian orang. Nama tersebut begitu tersohor
dan sangat familiar di telinga anak negeri terutama bagi mereka yang menempuh
studi dalam bidang ekonomi. Beliau adalah Guru Besar FE UI, sekaligus praktisi
manajemen dan belakangan dikenal sebagai penulis. Meskipun saya bukan mahasiswa
FE UI, saya tidak ingin ketinggalan dalam “mencuri” ilmu dari sosok yang
memilih berbeda, alias enggan nyaman yang mengabdikan sebagian hidupnya untuk
memimpin transformasi mindset.
Pada kesempatan yang
baik ini, saya ingin berbagi hasil curian saya kepada kalian yang bersempatan menikmati
hasil rampasan yang halal. Hasil mencuri ilmu dari buku “Self Driving, Menjadi Driver
atau Passenger” dari Rhenald Kasali. Buku yang berisi kajian seorang
pendidik yang pernah empat kali terlihat dalam panitia seleksi calon pimpinan
KPK, CEO, dan Pimpinan dalam jabatan publik.
Buku karya beliau ini
sangat cocok untuk setiap orang yang ingin keluar dari perangkap “Passenger”
karena sebenarnya menjadi seorang Driver atau Khalifah adalah kodrat setiap
manusia, dan merupakan mendataris kehidupan. Sewaktu manusia dilahirkan, Tuhan
memberikan amanah untuk menjadi Pemimpin di muka bumi. Setelah amanah kita
terima, kita dibebaskan untuk menjelajah dengan penuh tantangan atau justru
memilih diam saja sebagai penumpang.
Buku ini mencoba
memberikan penyadaran bahwa mandat kehidupan yang diberikan Tuhan ada
pertanggung jawabannya. Ada manusia yang menggunakan mandat untuk terus tumbuh
dan berkarya, tapi tidak sedikit yang menyimpan mandat sebagai dokumen pribadi.
Meskipun setiap manusia memiliki mandat, eksistensi nya berbeda dan sudah tentu
hidupnya berbeda.
Buku ini juga
mengingatkan kembali bahwa manusia diberikan akal untuk “berfikir” karena
kehidupan selalu dihadapkan dengan ketidakpastian akibat perubahan-perubahan. Buku
ini juga membuat kita memahami bahwa tidak semua orang yang memilih diam atau
penumpang adalah penumpang yang baik. Seringkali kita mendapati orang-orang di
kantor atau dilingkungan kita berbuat tidak adil, berperingai kasar dan
bermental penjilat. Kita sering menjadi kesal karenanya, padahal tidak
seharusnya kita ikut kesal tetapi harus mencoba mengobati luka batin mereka.
Ternyata mereka menyakiti orang lain, karena sakit hati yang dia alami, entah
kekecewaan terhadap orang tua, pasangan, bahkan sahabat yang dipercaya.
Banyak hal yang ingin
saya bagi, namun sepertinya terlalu singkat jika semua ditulis disini, akan
lebih baik kalau diskusi sambil ngopi.
Jakarta, 04 September 2017
Gedung Nusantara I,
Kompok DPR/MPR RI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar