“Perhatikan musuh-musuhmu karena
mereka yang menunjukan kebodohanmu”
Antisthenes
Hidup itu tentang ketidakpastian dalam berbagai
pilihan-pilihan beresiko. Tidak jarang dalam menghadapi hidup, kita melalui
berbagai kemalangan dan ketidakadilan. Pada setiap fase waktu yang dilalui
dalam hidup, tidak sedikit manusia mengeluh. meratap hingga mengutuk keadaannya.
Padahal, keberuntungan sebenarnya ada dimanapun, termasuk saat manusia berada
pada fase titik terbawah dalam hidupnya.
Jatuh 7 Kali, Bangkit
8 Kali adalah sebuah buku yang ditulis oleh dua orang guru sekolah menengah
yaitu G. Sutarto dan J. Sumardinata.
Mereka mengisahkan pengalaman mereka saat melewati masa kecil penuh cemoohan
teman sepermainan karena situasi ekonomi keluarganya. Menghadapi masa kecil
kurang baik, bukannya marah tapi mereka justru mengasah ketrampilan untuk
membalikan situasi mengerikan menjadi proses pembelajaran positif.
Kesulitan demi kesulitan yang dilewati kedua guru tersebut justru
mengantarkan mereka kapada pertemuan-pertemuan baru. Pertemuan dengan
orang-orang biasa yang mengajarkan kebaikan-kebaikan kecil yang jauh dari tepuk
tangan apalagi cahaya camera. Buku tentang Guru pemberani yang menuai
keuntungan dari ketidak adilan, yang berhasil mengatasi ketakutan menjadi
harapan.
Kisah dalam buku ini menjadi oase terhadap gersangnya cinta,
kasih sayang dan kebersamaa di kalangan masyarakat modern. Kehidupan modern
telah mendorong manusia melupakan jati diri sebagai makhluk mulia. Nilai
kebaikan, rasa syukur, terimakasih, kebersamaan dan hormat menghormati menjadi
barang langkah yang dirindukan dalam kehidupan di era modern.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar